Selasa, 13 April 2010

Pendahuluan

EFEKTIFITAS MEDIA BERBASIS WEB DAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI
PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DI SMA NEGERI 2 MEDAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar-mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah media pembelajaran. Media pembelajaran tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan belajar-mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.
Penggunaan media dapat membantu para siswa dalam mengembangkan imajinasi dan daya pikir serta kreatifitasnya. Informasi yang disampaikan guru akan diterima langsung oleh siswa melalui sel saraf dan dibawa ke otak. Dari situlah siswa mulai bergerak dengan cara menanyakan sesuatu yang dipahami, sehingga proses komunikasi dalam pembelajaran mulai efektif.
Dalam pengembangan media pengajaran peran guru sangat diperlukan mengingat guru sebagai pemain yang sangat berperan dalam proses belajar mengajar di kelas, yang hendaknya dapat mengolah kemampuannya untuk membuat media pengajaran lebih efektif dan efisien. Selain itu guru sebagai tenaga pendidik juga harus mampu memilih media yang tepat dalam proses pengajaran. Pengetahuan dan pemahaman yang cukup dalam memilih media, yang sesuai materi pelajaran akan menciptakan komunikasi yang seimbang antara siswa dengan guru.
Menurut Retno Dwi Suyanti (2008:74) kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, sangat berpengaruh terhadap penyusunan dan implementasi strategi pembelajaran. Melalui kemajuan tersebut para guru dapat menggunakan media sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik. Agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, maka hendaknya guru memberikan materi pelajaran secara bervarasi, dengan menggunakan media atau alat peraga sebagai alat bantu dalam mengajar serta menggunakan strategi mengajar yang tepat.
Banyaknya konsep kimia yang bersifat abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu relatif terbatas menjadikan ilmu kimia menjadi salah satu mata pelajaran yang sulit bagi siswa sehingga banyak siswa gagal dalam belajar kimia. Pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan daripada secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep kimia (Pandeley dkk, dalam Retno Dwi S). Pada kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut terjadi komunikasi tersendiri di mana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien. Akibatnya nilai mata pelajaran kimia cenderung di bawah standar ketuntasan minimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai kimia kelas X dua tahun terakhir di SMA Negeri 2 Medan, 70% dari 10 kelas yang ada rata-rata di bawah standar ketuntasan minimal yaitu : 67.
Othman Talib, dkk dalam penelitiannya Konstruktivis Animasi untuk Perubahan Konseptual: Sebuah Strategi Pembelajaran Efektif di Kompleks Memahami, Abstrak dan
Konsep Ilmu Dinamis hampir 40% dari tanggapan pelajar Malaysia menunjukkan bahwa penggunaan transparansi membuat proses mengajar cepat. Sebanyak
12,8% respon menunjukkan bahwa dalam mata pelajaran kimia sulit membayangkan fenomena atau kimia proses yang terlibat sedangkan 17,0% dari tanggapan mencerminkan bahwa penggunaan transparansi tidak menarik. Respon menunjukkan bahwa efektivitas penggunaan media transparansi tergantung pada penjelasan.guru
31,8% dari tanggapan dinyatakan penjelasan yang jelas sebagai salah satu aspek utama guru presentasi menggunakan transparansi. Bahkan, 21,3% dari tanggapan menyarankan menggunakan transparansi warna-warni dengan ilustrasi yang lebih jelas.
Penelitian lainnya dalam pengajaran bahasa Rusia, memperlihatkan bahwa sebanyak 73% siswa yang menggunakan komputer dalam mempelajari bahasa Rusia selama satu tahun pelajaran, sedangkan kelompok biasa yang tidak menggunakan komputer, hanya 32% yang bertahan hingga pelajaran selesai.
Hasil penelitian Lisbet Laora dan Situmorang (2009) mengenai Efektivitas Media Audiovisual Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Pengajaran Sistem Koloid maka salah satu solusi untuk mengatasi penyebab sulitnya siswa belajar kimia adalah hendaknya guru memberikan materi pelajaran secara bervarasi, dengan menggunakan media atau alat peraga dalam mengajar hasilnya dapat dilihat bahwa tingkat penguasaan siswa pada Kelompok yang diberikan pengajaran menggunakan media audiovisual berada pada skala 94 - 99%, dengan rata-rata pencapaian 97%, sedangkan tingkat penguasaan siswa pada kelompok yang diberi pengajaran menggunakan metode ceramah (tanpa media) berada pada skala 81 – 90%, dengan rata-rata 83%. Dapat dinayatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual sangat efektif di dalam meningkatkan daya ingat siswa terhadap penguasaan materi pembelajaran sistem koloid.
Hasil penelitian lain oleh Antonius Susanto (SMUK 2 BPK PENABUR Jakarta) memperlihatkan bahwa penggunaan media gambar atau alat bantu dalam melatih permainan bola voli menghasilkan prestasi keterampilan bermain bola voli yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak menggunakan media gambar atau alat bantu. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang disebutkan di atas, disimpulkan bahwa pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru perlu mempelajari bagaimana menetapkan media dan strategi pembelajaran yang tepat agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia adalah strategi pembelajaran inkuiri. Strategi ini cocok digunakan pada materi-materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari termasuk materi ikatan kimia. Strategi ini akan melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis sehingga mereka dapat merumuskan dengan sendirinya penemuannya dengan percaya diri. (Gulo dalam Retno Dwi S)
Seiring dengan kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, maka dunia pendidikan juga telah banyak yang memanfaatkan web sebagai media pembelajaran. Meskipun banyak penelitian menunjukan bahwa efektifitas pembelajaran menggunakan internet (education learning) cenderung sama bila dibanding dengan pembelajaran konvensional atau klasikal, tetapi keuntungan yang bisa diperoleh adalah dalam hal fleksibilitasnya (Herman Dwi Surjono, 2008: 1). Melalui media pembelajaran berbasis web materi pembelajaran dapat diakses kapan saja dan dari mana saja, di samping itu materi juga dapat diperkaya dengan berbagai sumber belajar termasuk multimedia.
Exelearning adalah Authoring Tools untuk membuat bahan ajar berbasis web yang memang dirancang untuk pendidik. Dengan menggunakan eXe (eLearning XHTML editor), kita dapat membuat bahan ajar berbasis web tanpa perlu mengetahui tentang HTML, bahkan lebih mudah dibanding Web Editor seperti Ms Frontpage, Mac Dreamweaver. Kita tinggal membuat halaman-halaman, kemudian mengisi dengan text atau gambar, dan secara otomatis dibuatkan daftar isi berupa link ke semua halaman.
Sebagian media pembelajaran berbasis web hanya dibangun untuk menampilkan kumpulan materi, sementara forum diskusi atau tanya jawab dapat dilakukan melalui e-mail atau milist. Implementasi dengan cara tersebut terhitung sebagai media pembelajaran berbasis web yang paling sederhana. (Herman Dwi Surjono, 2008: 1).
Melihat permasalahan tersebut, dan berdasarkan hasil penelitian terdahulu maka dipandang perlu untuk mengadakan penelitian efektivitas pembelajaran ikatan kimia dengan menggunakan media exelearning, efektivitas pembelajaran kimia dengan strategi pembelajaran inkuiri serta gabungan penggunaan media exelearning dengan strategi pembelajaran inkuiri yang diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia dengan judul “EFEKTIVITAS MEDIA BERBASIS WEB DAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DI SMA NEGERI 2 MEDAN”
TATA NAMA SENYAWA KIMIA DAN PERSAMAAN REAKSI

1. TATA NAMA SENYAWA KIMIA

a. Tata nama senyawa biner

- Tata nama senyawa biner logam + nonlogam

- Tata nama senyawa biner nonlogam + nonlogam

b. Tata nama senyawa poliatom

2. PERSAMAAN REAKSI

a. Menuliskan persamaan reaksi

b. Menyetarakan persamaan reaksi
1. TATA NAMA SENYAWA KIMIA

A. Tata nama senyawa biner
- Tata nama senyawa biner untuk logam dengan nonlogam

Logam + Non-Logam(-ida)

a. Penamaan senyawa biner Logam dan nonlogam yang bilangan oksidasinya hanya satu

Rumus senyawa : unsur logam ditulis di depan

Rumus senyawa ion ditentukan oleh perbandingan muatan kation dan anionnya, sehingga bersifat netral (muatan total = 0)

Menuliskan nama unsur logam tanpa modifikasi apapun, kemudian diikuti nama unsur nonlogam dengan akhiran ida

Contoh :

NaCl : natrium klorida
CaCl2 : kalsium klorida
Na2O : natrium oksida
MgBr2 : magnesium bromida

b. Penamaan senyawa biner dari logam dan nonlogam yang bilangan oksidasinya lebih dari satu

Dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1.Cara lama dengan menggunakan nama Latin

Contoh :

FeCl2:ferro klorida
FeCl3 :ferri klorida

2. Cara baru disebut sistem Stock (sesuai IUPAC) : unsur-unsur dinamai dengan nama Inggris (di Indonesia menggunakan nama Indonesia) maka jumlah muatan ditulis dalam tanda kurung dengan angka Romawi.

Contoh :

FeCl2 : besi (II)klorida

FeCl3 : besi (III)klorida



- Tata nama senyawa biner untuk nonlogam dengan nonlogam

Rumus Senyawa : atom nonlogam yang bilangan oksidasinya positip ditulis lebih dahulu dan atom nonlogam yang bilangan oksidasinya negatip ditulis berikutnya dengan akhiran kata ida.

Nonlogam + Nonlogam (-ida)

Penamaan senyawa yang tersusun dari dua jenis nonlogam biasanya menggunakan metode yang menunjukkan banyaknya atom dalam molekul. Sistem ini menggunakan awalan Yunani :

1 = mono 2 = di 3 = tri 4 = tetra

5 = penta 6 = heksa 7 = hepta 8 = okta

9 = nona 10 = deka

Contoh :

N2O = dinitrogen monoksida
CO = karbon monoksida
CS2 = karbon disulfida
SO3 = sulfur trioksida
CCl4 = karbon tetraklorida
PCl5 = fosfor pentaklorida
SF6 = sulfur heksaflorida

B. Tata nama senyawa poliatom

Senyawa poliatom sederhana meliputi : asam, basa dan garam.

Reaksi antara asam dengan basa menghasilkan garam.

a). Tata Nama Asam.

Rumus asam terdiri atas atom H (di depan, dianggap sebagai ion H + ) dan suatu anion yang disebut sisa asam .

Catatan : perlu diingat bahwa asam adalah senyawa molekul, bukan senyawa ion.

Nama anion sisa asam = nama asam yang bersangkutan tanpa kata asam.

Contoh : H 3 PO 4

Nama asam = asam fosfat

Rumus sisa asam = PO43- (fosfat)

b). Tata Nama Basa.

Pada umumnya, basa adalah senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion

Nama basa = nama kationnya yang diikuti kata hidroksida .

Contoh : NaOH

Nama basa : barium hidroksida

Rumus sisa basa : OH-


c). Tata Nama Garam.

Garam adalah senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa asam .

Rumus dan penamaannya = senyawa ion.

Contoh : NaNO3

C. Tata Nama Senyawa Organik.

Senyawa organik mempunyai tata nama khusus, mempunyai nama lazim atau nama dagang ( nama trivial ).

PERSAMAAN REAKSI

Suatu persamaan reaksi kimia

a A + b B ———> c C + d D

a, b, c, d adalah koefisien reaksi atau perbandingan bilangan zat dalam reaksi.

Bilangan tersebut biasanya bulat dan menyatakan jumlah nol.

Menggambarkan reaksi kimia yang terdiri atas rumus kimia pereaksi dan hasil reaksi disertai dengan koefisiennya masing-masing.

1). Menuliskan Persamaan Reaksi.

o Reaksi kimia mengubah zat-zat asal (pereaksi = reaktan) menjadi zat baru (produk).

o Jenis dan jumlah atom yang terlibat dalam reaksi tidak berubah, tetapi ikatan kimia di antaranya berubah.

o Ikatan kimia dalam pereaksi diputuskan dan terbentuk ikatan baru dalam produknya.

o Atom-atom ditata ulang membentuk produk reaksi.

Contoh :

Keterangan :

* Tanda panah menunjukkan arah reaksi (artinya = membentuk atau bereaksi menjadi).
* Huruf kecil dalam tanda kurung menunjukkan wujud atau keadaan zat yang bersangkutan (g = gass, l = liquid, s = solid dan aq = aqueous / larutan berair).
* Bilangan yang mendahului rumus kimia zat disebut koefisien reaksi (untuk menyetarakan atom-atom sebelum dan sesudah reaksi).
* Koefisien reaksi juga menyatakan perbandingan paling sederhana dari partikel zat yang terlibat dalam reaksi.



Ø Penulisan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan 2 langkah :

1). Menuliskan rumus kimia zat pereaksi dan produk, lengkap dengan keterangan wujudnya.

2). Penyetaraan, yaitu memberi koefisien yang sesuai sehingga jumlah atom setiap unsur sama pada kedua ruas (cara sederhana).



2). Menyetarakan Persamaan Reaksi.

Langkah-langkahnya (cara matematis) :

a). Tetapkan koefisien salah satu zat, biasanya zat yang rumusnya paling kompleks = 1, sedangkan zat lain diberikan koefisien sementara dengan huruf.

b). Setarakan terlebih dahulu unsur yang terkait langsung dengan zat yang diberi koefisien 1 itu.

c). Setarakan unsur lainnya. Biasanya akan membantu jika atom O disetarakan paling akhir.




HOME

soal -soal kimia

1. Jika unsur 20Ca dengan unsur 17Cl berikatan akan terbentuk senyawa dengan rumus …
a. CaCl
b. CaCl2
c. Ca2Cl
d. Ca2Cl3
e. CaCl3
2. Beberapa atom berikut ini yaitu : 3Li 4Be 11Na 12Mg 17Cl yang dapat membentuk ikatan ion ialah …
a. Be dengan Na
b. Li dengan Na
c. Na dengan Mg
d. Na dengan Cl
e. Be dengan Mg
3. Diantara unsur Na, Cl, Ca, O, H dan Al yang dapat membentuk senyawa dengan ikatan kovalen ialah…
a. Na dengan O
b. Ca dengan H
c. Al dengan Cl
d. H dengan O
e. Al dengan O
4. Senyawa berikut ini yang bersifat non polar ialah..
a. HF
b. HCl
c. CCl4
d. NH3
e. SO2
5. Unsur X mempunyai 6 elektro valensi dan unsure Y mempunyai 7 elektro valensi maka jenis ikatan yang sesuai jika unsure tersebut bersenyawa ialah..
a. XY6 ion
b. X2Y ion
c. XY2 ion
d. XY2 kovalen
e. X2Y kovalen

6. Barium klorida (BaCl2 ) merupakan senyawa ion yang terdiri atas partikel-partikel berupa ion Ba+2 dan Cl- . Pernyataan yang benar tentang partikel senyawa tersebut adalah…
a. Ba+2 disebut anion karena melepas 2 elektron
b. Cl- disebut kation karena menerima 1 elektron
c. Ba+2disebut kation karena menerima 2 elektron
d. Cl- disebut anion karena melepas 1 elektron
e. Ba berubah menjadi Ba+2 karena melepas 2 elektron
7. Unsur-unsur berikut yang tergolong unsur logam ialah..
a. C
b. Cl
c. Zn
d. P
e. Kr
8. Rumus kimia berikut ini yang merupakan rumus empiris ialah…
a. N2H4
b. H2O
c. H2C2O4
d. C2H6
e. C6H12O6
9. Nama yang tepat untuk Fe(OH)3 adalah…
a. Besi (III) hidroksida
b. Besi (II) hidroksida
c. Besi hidroksida (III)
d. Besi trihidroksida
e. Besi (III) hidrogenoksida
10. Rumus kimia dari dikloropentaklorida ialah..
a. Cl2O3
b. Cl2O5
c. ClO2
d. 2Cl 5 O
e. 2ClO5
11. Persamaan reaksi yang setara antara kalsium hidroksida dengan asam pospat menghasilkan kalsium pospat dan air, yaitu..
a. 3 KOH + H3PO4→ K3PO4 + 3H2O
b. 6 KOH + H3PO4→ 2 K3PO4 + 4 H2O
c. Ca(OH)2 + H3PO4→ Ca3(PO4)2 + H2O
d. 3 Ca(OH)2 + 2 H3PO4→ Ca3(PO4)2 + H2O
e. 3 Ca(OH)2 + 2 H3PO4→ Ca3(PO4)2 + 6 H2O
12. Penamaan senyawa yang tepat untuk SnCrO4 adalah..
a. stanum (II) kromat
b. stanum (IV) kromat
c. stanum (II) dikromat
d. stanum (IV) dikromat
e. stanum kromat
13. Persamaan reaksi yang setara antara timbal (II) nitrat dengan natrium hidroksida menghasilkan timbale (II) hidroksida dengan natrium nitrat ialah…
a. Pb(NO3)2 + NaOH → Pb(OH)2 + NaNO3
b. Pb(NO3)2 + 2 NaOH → Pb(OH)2 + NaNO3
c. Pb(NO3)2 + 2 NaOH → Pb(OH)2 + 2 NaNO3
d. Pb(NO3)2 + 3 NaOH → Pb(OH)2 + 3 NaNO3
e. Pb(NO3)2 + 2 NaOH → Pb(OH)2 + 3 NaNO3
14. Pencampuran perak nitrat dengan natrium klorida akan menghasilkan endapan putih yaitu :
a. Ag
b. AgCl
c. AgNO3
d. NaNO3
e. NaCl
15. Berikut ini yang merupakan reaksi setara ialah…
a. 3Hg(s) + 4 H2SO4(aq) → 3 HgSO4(aq) + 4 H2O(l) + SO2(g)
b. Al2O3(s) + 3 H2SO4(aq) → Al2(SO4)3(aq) + 3H2(g)
c. Na2SO3(s) + HCl(aq) → 2 NaCl (aq)+ H2O(l) + SO2(g)
d. 2 KMnO4(aq) + 8 HCl(g) → 2KCl(aq) + 2MnCl2(aq) + 4H2O(l) + 2 NO2(g)
e. 3 Cu(s) + 8 HNO3(aq) → 3 Cu(NO3)2(aq) + 4 H2O(l) + 2 NO2(g)
16. Penamaan senyawa dengan rumus P2O5 yang terbaru ialah…
a. fosfor oksida
b. fosfor pentaoksida
c. difosfor pentaoksida
d. fosfor (III) oksida
e. fosofor (V) oksida
17. Sebanyak 0,5 L gas C2H4 dibakar sempurna menurut persamaan reaksi berikut ini: C2H4(g) + 3O2(g) → 2CO2(g) + 2H2O(g) . Volume gas karbondioksida yang dihasilkan diukur pada P dan T yang sama sebanyak…
a. 0,25 L
b. 0,50 L
c. 0,75 L
d. 1,00 L
e. 2,00 L
18. Gas SO2 (STP) dengan volume 33,6 L akan memiliki jumlah molekul sebanyak…(bilangan Avogadro = 6 x 1023)


a. 3 x 1023
b. 6 x 1023
c. 9 x 1023
d. 3 x 1024
e. 1,2 x 1025
19. Pelarutan logam Zn dalam asam klorida sesuai reaksi berikut : Zn(s) + 2 HCL(aq) → ZnCl2(aq) + H2(g). Zn yang diperlukan untuk menghasilkan 33,6 L gas H2 (STP) sebanyak…(Ar Zn=65)
a. 6,5 gram e. 130 gram
b. 32,5 gram d. 97,5 gram
c. 65 gram
20. Kalsium karbonat jika dipanaskan teruarai dengan persamaan CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g) sehingga 40 gram CaCO3 akan menghasilkan gas CO2 sebanyak…(Ca=40, C=12, O=16)
a. 8,8 gram e. 20 gram
b. 14,4 gram d. 18 gram
c. 17,6 gram
21. Reaksi peruraian KNO3 untuk menghasilkan 6,72 L gas O2 (STP) sebagai berikut : 2 KNO3 →2KNO2 + O2 Padatan KNO3 yang diperlukan sebanyak…(Ar K=39, N=14, O=16)
a. 15,15 gram e. 242,20 gram
b. 30,30 gram d. 121,20 gram
c. 60,60 gram



24. Massa nitrogen yang terdapat dalam 0,2 mol NH4NO3 adalah…(Ar N=14, H=1, O=16)
a. 2,8 gram d. 14,4 gram
b. 5,6 gram e. 28 gram
c. 11,2 gram
25. Suatu unsure A dapat bereaksi dengan unsure B membentuk senyawa A3B. Pada berbagai percobaan didapat grafik hubungan antara massa zat A terhadap massa A3B berikut ini :
massa A (gram)
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0 1 2 3 4 5
Massa A3B (gram)
Maka perbandingan massa antara A dan B yang tepat bereaksi membentuk A3B ialah…
a. 4 : 1 d. 1 : 2
b. 1 : 4 e. 2 : 1
c. 2 : 3
26. Jumlah seluruh atom yang dijumpai pada 5 mol CuSO4.5H2O adalah…(bilangan Avogadro = 6x1023)
a. 6 x 1023 d. 1,32 x 1025
b. 3 x 1024 e. 6,30 x 1025
c. 3,6 x 1024
27. Jika 10 L gas X massanya 6 gram dan pada P dan T yang sama 2 L gas CO2 mempunyai massa 2,2 gram maka Mr gas X adalah…(Ar C = 12, O =16)
a. 18 d. 30
b. 20 e. 32
c. 24
28. Fe2(SO4)3 seberat 4 gram memiliki jumlah mol sebanyak….(Ar Fe= 56, S=32, O=16)
a. 0,25 mol d. 0,01 mol
b. 0,2 mol e. 0,001 mol
c. 0,1 mol
29. Massa 0,5 mol H2SO4 adalah…
a. 98 gram d. 32 gram
b. 64 gram e. 16 gram
c. 49 gram
30. Berikut ini merupakan reaksi gas Cl2 dengan gas O2 :
5 L Cl2 + 10 L O2 → sisa 1 L Cl2
5 L Cl2 + 14 L O2 → sisa 11/2 L Cl2
6 L Cl2 + 12 L O2 → sisa 1,2 L Cl2
Oksida klor yang terbentuk pada reaksi di atas adalah…
a. ClO2
b. Cl2O3
c. Cl2O5
d. Cl2O
e. Cl2O7

Senin, 12 April 2010

pengelolaan laboratorium

STRATEGI PENATAAN DAN PENGADMINISTRASIAN ALAT DAN BAHAN
DI
LABORATORIUM IPA SMA
Abstrak
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium IPA memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat dan karakteristik masing-masing. Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium IPA dapat menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit. Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium IPA secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan kelancaran kegiatan. Cara menyimpan alat laboratorium IPA dengan memperhatikan bahan pembuat alat tersebut, bbot alat, keterpakaiannya, serta sesuai pokok bahasannya. Penyimpanan alat menurut aturan tertentu harus disepakati antara pengelola laboratorium dan diketahui oleh pengguna /praktikan.Untuk memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan kembali alat di laboratorium, maka sebaiknya dibuatkan daftar inventaris alat yang lengkap dengan kode dan jumlah masing-masing. Alat yang rusak atau pecah sebaiknya ditempatkan pada tempat tersendiri, dan dituliskan dalam buku kasus dan buku inventaris laboratorium IPA.


Pendahuluan
Laboratorium ialah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat ini dapat merupakan ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, atau kebun. Dalam pengertian yang terbatas, laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup di mana percobaan atau eksperimen dan penelitian dilakukan (Depdikbud: 1995, 2003). Laboratorium yang menjadi topik dalam tulisan ini adalah laboratorium IPA, dalam hal ini laboratorium kimia digabungkan dengan biologi dalam satu ruangan. Untuk mengoptimalkan fungsi laboratorium tersebut, maka setiap kegiatan dalam kerja laboratorium harus dituntun oleh langkah-langkah ilmiah atau yang disebut metode ilmiah, selain itu juga laboratorium dapat diharapkan menjadi tempat mengembangkan kreatifitas belajar siswa.
Untuk menunjang proses belajar mengajar dengan berbagai metode itu (terutama metode laboratorium) maka ruang laboratorium perlu didesain dan diisi khusus dengan berbagai media, alat peraga/alat permainan maupun sumber-sumber lain yang mendukung efektifitas proses pembelajaran kimia.
Agar siswa dapat menggunakan laboratorium secara optimal,
maka kondisi laboratorium juga perlu diupayakan tetap bersih dan
nyaman. Kondisi laboratorium yang baik memiliki beberapa syarat,
diantaranya: ada tidaknya organisasi dan administrasi laboratorium,
kelengkapan ruangan, kelengkapan perabot, penataan alat dan bahan,
kebersihan dan kerapian serta keselamatan kerja laboratorium.
Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Pengelolaannya berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya karena pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk ikut serta bersama-sama menjaga dan menata dengan baik alat dan bahan yang terdapat di laboratorium.
A. PENATAAN ALAT DAN BAHAN
Penataan Alat
Penataan atau ordering alat dimaksudkan adalah proses pengaturan alat di laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata alat tersebut berkaitan erat dengan keteraturan dalam penyimpanan (storing) maupun kemudahan dalam pemeliharaan (maintenance). Keteraturan penyimpanan dan pemeliharaan alat itu, tentu memerlukan cara tertentu agar petugas lab (teknisi dan juru lab) dengan mudah dan cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan kerja lab, juga ada kemudahan dalam memelihara kualitas dan kuantitasnya. Dengan demikian penataan alat laboratorium bertujuan agar alat-alat tersebut tersusun secara teratur, indah dipandang (estetis), mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi atau mengganggu peralatan lain, terpelihara identitas dan presisi alat, serta terkontrol jumlahnya dari kehilangan.
Sebelum melakukan penataan peralatan laboratorium dengan baik, terlebih dahulu kita mangatahui bagian Pengenalan dan Penggunaan Alat laboratorium. Beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya, diantaranya adalah :Fungsi alat, apakah sebagai alat ukur ataukah hanya sebagai penyimpan bahan kimia saja, Kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian , Keperangkatan , Nilai/ harga alat , Kuantitas alat termasuk kelangkaannya, Sifat alat termasuk kepekaan terhadap lingkungan, Bahan dasar penyusun alat, dan, Bentuk dan ukuran alat, Bobot / berat alat.
Pada praktisnya untuk melakukan penataan / penyimpanan alat tidak dapat digunakan secara mutlak menurut fungsinya saja atau menurut kecanggihan dan sifatnya saja. Cara terbaik disarankan mengkombinasikan di antara aspek-aspek tersebut. Oleh karena itu sekecil apapun komponen yang dimiliki alat keperangkatan, tidak boleh hilang dan cara memasangkan pada komponen induk harus tepat. Atas dasar karakteristik dari peralatan keperangkatan, maka tempat yang diperlukan untuk menyimpan alat tersebut relatif harus lebih luas dari alat tunggal.
Prinsip Dasar Penyimpanan Alat dan Bahan di laboratorium
a. Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar : alat yang mudah dibawa dan alat yang mahal harganya. Nilai atau harga alat laboratorium harus diketahui oleh pengelola laboratorium, setidaknya dapat menilai mana alat yang mahal dan mana alat yang lebih murah. Alat yang mahal harus disimpan pada tempat yang lebih aman atau pada ruangan / lemari yang terkunci. Sementara alat yang tidak begitu mahal dapat disimpan pada rak atau tempat terbuka. Akan tetapi jika tempat atau lemari jumlahnya mencukupi, maka semua alat lab harus tertutup. Alat lab yang sering terkena debu akan cepat rusak.


b. Mudah dicari
Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak atau laci). Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan penataan alat adalah kuantitasnya. Alat canggih tentu akan mahal harganya, sehingga kuantitasnya rendah dan termasuk alat langka. Alat langka diperlukan pengamanan yang lebih baik, misalnya disimpan dalam lemari atau ruangan yang terkunci. Dalam penggunaannya, alat langka tidak boleh digunakan oleh sembarang orang. Jika memungkinkan ada petugas yang dilatih dan diberi tanggung jawab secara khusus untuk menanganinya. Demikian alat yang jumlahnya cukup banyak biasanya alat tersebut frekuensi penggunannya cukup tinggi dan melibatkan banyak pengguna. Oleh karena itu penyimpanan alat ini harus ditempatkan pada lemari besar dan berada pada lokasi yang tidak banyak rintangan yang mengganggu sirkulasi peminjaman atau pengembalian dari pengguna. Cara lain, penyimpanan alat yang jumlahnya banyak dilakukan dengan mendistribusikan pada lemari-lemari pengguna yang dilengkapi kunci.
c. Mudah diambil
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia. Dalam penyimpanan dan penataan alat perlu diperhatikan pula jenis bahan dasar penyusun alat tersebut.
Berdasarkan bahan dasarnya ada alat yang terbuat dari gelas, logam, kayu, plastik, porselen, karet, Alat-alat gelas (glasswear) diantaranya yaitu labu erlenmeyer, labu ukur, labu destilasi, labu dasar rata, labu dasar bulat, gelas kimia, gelas ukur, gelas arloji, tabung reaksi, buret, pipet ukur, pipet gondok, corong, corong pisah, corong tistel, pendingin Liebig, botol timbang dsb. Alat-alat dengan bahan dasar logam misalnya kaki tiga, statif, tang krus, pinset, ring, klem tiga jari, kawat kasa, spatula, dll. Alat-alat yang terbuat dari kayu misalnya rak tabung reaksi, rak buret, rak pipet, rak pengeringan dll. Demikian alat-alat yang terbuat dari plastik misalnya botol semprot, botol reagen, botol tetes, corong, Alat yang terbuat dari porselen misalnya krus, corong Buchner, lumpang dan alu, pelat tetes, cawan penguap, dll. Alat yang terbuat dari karet misalnya ball pipet.
Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat menentukan atau mempertimbangkan cara penyimpanannya. Alat yang terbuat dari logam tentunya harus dipisahkan dari alat yang terbuat dari gelas atau porselen. Jadi alat seperti kaki tiga harus dikelompokkan dengan statif atau klem tiga jari karena ketiganya memiliki bahan dasar yang sama yaitu logam, sedangkan gelas kimia dikelompokkan dengan labu erlenmeyer dan labu dasar rata karena bahan dasarnya gelas.
Dengan memperhatikan bahan dasar alat , peralatan yang terbuat dari logam umumnya memiliki bobot lebih tinggi dari peralatan yang terbuat dari gelas atau plastik. Oleh karena itu dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga diperhatikan. Janganlah menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi, agar mudah diambil dan disimpan kembali.
Di samping aspek-aspek yang telah dikemukakan, aspek lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan dan penataan alat adalah bentuk dan ukuran alat. Misalnya labu erlenmeyer dikenal ada yang memiliki bentuk mulut lebar dan mulut kecil, demikian ada yang berukuran 100 mL, 250 mL, 500 mL dst. Oleh karena itu jika labu erlenmeyer disimpan pada satu tahap rak, maka pada tahap rak itu pula harus ditata kelompok labu erlenmeyer yang bermulut lebar berukuran 100 mL, 250 mL, dan 500 mL masing-masing secara terpisah; juga ditata labu erlenmeyer bermulut kecil dengan ukuran 100 mL, 250 mL, dan 500 mL secara terpisah.
Sifat kepekaan alat juga sangat penting diketahui oleh petugas lab. Ada alat yang peka terhadap kelembaban seperti mikroskop. Ada pula alat yang peka terhadap getaran dan panas seperti neraca analitik. Alat yang peka terhadap kelembaban terutama di daerah dingin, sekalipun alat tersebut disimpan dalam lemari secara tertutup, besar kemungkinan alat tersebut akan ditumbuhi jamur. Lensa objektif dan okuler pada mikroskop cepat berjamur di daerah lembab. Cara mencegah pengaruh kelembaban ini adalah dengan memasang listrik pada lemari penyimpanan. Mikroskop harus selalu disimpan di dalam petinya yang dilengkapi adsorben silika gel. Demikian pula neraca anallitik ayun peka sekali terhadap adanya getaran,. Keberadaan getaran akan menyulitkan dalam pengukuran, dan akibatnya hasil pengukuran menjadi tidak akurat. Oleh karena itu neraca analitik harus disimpan pada meja permanen. Begitu pula karena neraca peka terhadap suhu terutama suhu tinggi, maka penimbangan jangan dilakukan terhadap benda panas.
Dari uraian yang telah dikemukakan, yang menjadi kunci dalam melakukan penyimpanan dan penataan alat lab dengan baik dan lancar, manakala petugas atau pengelola laboratorium mengenali dan memahami dengan baik karakteristik dari masing-masing alat. Karakteristik dari suatu alat dinamakan spesifikasi alat. Setiap alat laboratorium harus dibuatkan spesifikasinya, yaitu informasi-informasi yang memberikan gambaran tentang suatu alat, sehingga dari spesifikasi tersebut secara spesifik alat itu terbedakan dari alat lain. Alat sederhana tentunya memiliki spesifikasi lebih sederhana dari alat rumit. Spesifikasi alat ini harus dimuat dalam kartu alat, dimana setiap alat harus memiliki satu kartu. Jika di suatu laboratorium telah dibuatkan kartu-kartu spesifikasi alat, maka pada saat penyimpanan dan penataan petugas laboratorium harus mencatat data alat pada kartu tersebut. Spesifikasi tersebut juga harus memuat petunjuk bagaimana cara membawa alat sesuai dengan penggunaannya, petunjuk bagaimana menggunakan alat , bagaimana menjaga kebersihan alat dan bagaimana menyimpan alat tersebut.



Cara menyimpan alat laboratorium
Untuk memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan kembali alat di laboratorium, maka sebaiknya dibuatkan daftar inventaris alat yang lengkap dengan kode dan jumlah masing-masing. Alat yang rusak atau pecah sebaiknya ditempatkan pada tempat tersendiri, dan dituliskan dalam buku kasus dan buku inventaris laboratorium
Jika alat laboratorium dibuat dari beberapa bahan, alat itu dimasukkan ke dalam kelompok bahan yang banyak digunakan. Penyimpanan alat dan bahan selain berdasar hal – hal di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Mikroskop disimpan dalam lemari terpisah dengan zat higroskopis dan dipasang lampu yang selalu menyala untuk menjaga agar udara tetap kering dan mencegah tumbuhnya jamur.

2. Alat berbentuk set, disimpan dalam bentuk set yang tidak terpasang, disimpan dalam satu tempat khusus. contoh :

3. Higrometer, neraca lengan dan beaker glass disimpan dalam posisi berdiri

4. Alat yang memiliki bobot relatif berat, disimpan pada tempat yang tingginya tidak melebihi tinggi bahu.
5. Buret disimpan secara khusus pada rak buret. Rak tersebut dapat menyangga kedua ujung buret, sehingga bagian ujung yang mudah patah terlindungi. Di samping harus aman dalam penyimpanan, buret harus terpelihara. Agar krannya tidak macet, maka sumbat kran harus diolesi dengan vaselin.
6. pH meter disimpan pada wadah primer (dus bawaan dari pabrik) dan ditempatkan pada cabinet sebagai wadah sekunder. Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap pH meter yaitu selalu menempatkan silika gel sebagai bahan penyerap uap air pada wadah primer, juga elektrode gelas jangan sampai kering dari larutan KCl jenuh. .

7. Alat langka diperlukan pengamanan yang lebih baik, misalnya disimpan dalam lemari atau ruangan yang terkunci. Dalam penggunaannya, alat langka tidak boleh digunakan oleh sembarang orang.

8. Alat yang jumlahnya cukup banyak biasanya alat tersebut frekuensi penggunannya cukup tinggi dan melibatkan banyak pengguna. Oleh karena itu penyimpanan alat ini ditempatkan pada lemari besar

9. Berdasarkan bahan dasarnya, ada alat yang terbuat dari gelas, logam, kayu, plastik, porselen, karet.
Alat-alat gelas (glasswear) diantaranya yaitu labu erlenmeyer, labu ukur, labu destilasi, labu dasar rata, labu dasar bulat, gelas kimia, gelas ukur, gelas arloji, tabung reaksi, buret, pipet ukur, pipet gondok, corong, corong pisah, corong tistel, pendingin Liebig, botol timbang dan lain-lain disimpan dalam satu tempat dengan menata jenis yang sama.

Alat-alat dengan bahan dasar logam misalnya kaki tiga, statif, tang krus, pinset, ring, klem tiga jari, kawat kasa, spatula, dll disimpan dalam satu tempat.

Alat-alat yang terbuat dari kayu misalnya rak tabung reaksi, rak buret, rak pipet, rak pengeringan dll disimpan dalam satu tempat.

Demikian alat-alat yang terbuat dari plastik misalnya botol semprot, botol reagen, botol tetes, corong, disimpan dalam satu tempat.

Alat yang terbuat dari porselen misalnya krus, corong Buchner, lumpang dan alu, pelat tetes, cawan penguap, dll peralatan yang terbuat dari logam umumnya memiliki bobot lebih tinggi dari peralatan yang terbuat dari gelas atau plastik. Oleh karena itu dalam penyimpanan dan penataan alat aspek bobot benda perlu juga diperhatikan. Jangan menyimpan alat-alat yang berat di tempat yang lebih tinggi, agar mudah diambil dan disimpan kembali.

10. Alat yang terbuat dari karet misalnya ball pipet.
11. Bentuk dan ukuran alat. Misalnya labu erlenmeyer dikenal ada yang memiliki bentuk mulut lebar dan mulut kecil, demikian ada yang berukuran 100 mL, 250 mL, 500 mL dst. Oleh karena itu jika labu erlenmeyer disimpan pada satu tahap rak, maka pada tahap rak itu pula harus ditata kelompok labu erlenmeyer yang bermulut lebar berukuran 100 mL, 250 mL, dan 500 mL masing-masing secara terpisah; juga ditata labu erlenmeyer bermulut kecil dengan ukuran 100 mL, 250 mL, dan 500 mL secara terpisah.
12. Alat yang berfungsi sebagai model ditata dalam satu tempat yang sama untuk memudahkan pengambilan saat akan digunakan.
Contoh :Model, seperti model pencernaan, model pernapasan, model kerangka, model indera dan organ lainnya.

Bagan, seperti bagan klasifikasi makhluk hidup, bagan metamorfosis pada katak, bagan sistem pengeluaran manusia, dsb.



Penataan Bahan Kimia
Bahan kimia yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya cukup banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko bahaya cukup tinggi, oleh karena itu dalam pengelolaan laboratorium aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian penting yang harus diperhatikan.
Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya.
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia.
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic. Berikut ini merupakan panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan penyimpanannya.
Bahan Radioaktif > Bahan Piroforik > Bahan Eksplosif > Cairan Flammable > Asam/basa Korosif > Bahan Reaktif terhadap Air > Padatan Flammable > Bahan Oksidator > Bahan Combustible > Bahan Toksik > Bahan yang tidak memerlukan pemisahan secara khusus.
Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Misalnya: Warna merah untuk bahan flammable, Kuning untuk bahan oksidator, Biru untuk bahan toksik, Putih untuk bahan korosif dan Hijau untuk bahan yang bahayanya rendah.

Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen jauh lebih penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen diantaranya : Nama kimia dan rumusnya, Konsentrasi, Tanggal penerimaan, Tanggal pembuatan, Nama orang yang membuat reagen, Lama hidup, Tingkat bahaya , Klasifikasi lokasi penyimpanan dan Nama dan alamat pabrik
Panduan Cara Penyimpanan dan Penataan Bahan Kimia Untuk Masing-masing Bahan Menurut Kelompok Tingkat Bahayanya.
1. Penyimpanan dan penataan bahan kimia radioaktif
Tidak sembarangan laboratorium dapat membeli, menggunakan, menyimpan dan membuang bahan radioaktif. Bahan tersebut dapat diadakan di suatu lab makala mendapat izin dari Departemen Kesehatan khususnya bagian radiasi.
Sekalipun di laboratorium sekolah bahan ini tidak tersedia, tidak ada salahnya bagi anda mengetahui cara penyimpanannya. Bahan radioaktif harus disimpan di suatu tempat yang terawasi dan terjaga keamanannya dari kehilangan oleh orang yang tak bertanggung jawab. Pada tempat penyimpanan harus dituliskan kata “HATI-HATI BAHAN RADIOAKTIF ( CAUTION RADIOACTIVE MATERIALS)”. Catat jumlah nyata dan perhatikan batas jumlah penyimpanan yang diperbolehkan. Hubungi Radiation Safety Officer untuk memperoleh informasi rinci tentang penggunaan dan penyimpanan bahan radioaktif tersebut.
2. Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif
Bahan reaktif dikategorikan sebagai bahan yang bereaksi sendiri atau berpolimerisasi menghasilkan api atau gas toksik ketika ada perubahan tekanan atau suhu, gesekan, atau kontak dengan uap lembab. Bahan kimia reaktif biasanya dikelompokkan menjadi bahan kimia piroforik, eksplosif, pembentuk peroksida, dan reaktif air. . Bahan piroforik adalah bahan yang dapat terbakar ketika kontak dengan udara pada suhu < 54,44 0C Bahan piroforik harus disimpan di dalam cabinet flammable secara terpisah dari cairan flammable dan cairan combustible.
Bahan eksplosif adalah bahan yang dapat menimbulkan ledakan. Ledakan tersebut diakibatkan oleh penguraian bahan secara cepat dan menghasilkan pelepasan energi dalam bentuk panas, api dan perubahan tekanan yang tinggi. . Hati-hati dalam membaca label bahan kimia, dan perhatikan lambang yang menunjukkan kestabilan dan mudah meledaknya bahan tersebut. misalnya hindari penyimpanan asam pikrat jangan sampai kering.
Beberapa eter dan senyawa sejenis cenderung bereaksi dengan udara dan cahaya membentuk senyawa peroksida yang tidak stabil. Bahan kimia yang dapat membentuk peroksida tersebut diantaranya adapah p-dioksan, etil eter, tetrahidrofuran, asetaldehid, dan sikloheksena. Untuk meminimalkan timbulnya bahaya dari bahan kimia tersebut, maka cara yang harus diperhatikan dalam penyimpanannya adalah sebagi berikut :
1. Simpan bahan kimia pembentuk peroksida itu dalam botol tertutup rapat (tidak kontak dengan udara) atau dalam wadah yang tidak terkena cahaya.
2. Berikan label pada wadah tentang tanggal diterima dan dibuka bahan tersebut.
3. Uji secara periodik (3 atau 6 bulan) terjadinya pembentukan peroksida. Buanglah peroksida yang telah dibuka setelah 3 - 6 bulan (lihat Tabel-5).
4. Buanglah wadah bahan kimia pembentuk peroksida yang tidak pernah dibuka sesuai batas kadaluarsa yang diberikan pabrik atau 12 bulan setelah diterima.
3. Penyimpanan dan penataan bahan kimia korosif
Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan basa. Penyimpanan bahan kimia korosif jangan sampai bereaksi dengan tempat penyimpanannya (lemari rak dan cabinet). Perhatikan bahwa diantara bahan korosif dapat bereaksi dengan hebat, sehingga dapat mengganggu kesehatan pengguna.
4. Penyimpanan dan penataan bahan kimia Flammable & Combustable
Cairan Bahan kimia flammable dan combustible diklasifikasi menurut titik bakar/nyala (flash point) dan titik didihnya (boiling point). Titik bakar dinyatakan sebagai suhu minimum cairan untuk menghasilkan uap yang cukup sehingga dapat terbakar ketika bercampur dengan udara.
Bahan kimia flammable dapat disimpan dengan bahan kimia combustible, asam organik combustible (misalnya asetat), pelarut non-flammable (metilklorida). Beberapa cairan flammable yang umumnya dijumpai diantaranya adalah asetaldehid, aseton, heksana, toluen, ksilena, etanol. Secara umum penyimpanan cairan flammable di laboratorium adalah sebagai berikut .
a. Cairan flammable kelas I yang jumlahnya > 10 galon hingga 25 galon harus disimpan dalam wadah (cans) yang aman, sedangkan dari > 25 galon hingga 60 galon harus disimpan juga dalam cabinet.
b. Wadah dari gelas jangan digunakan untuk menyimpan cairan flammable. Pelarut dengan kualitas teknis harus disimpan dalam wadah logam.
c. Cairan flammable yang memerlukan kondisi dingin, hanya disimpan pada kulkas yang bertuliskan “Lab-Safe” atau “Flammable Storage Refrigerators”. Jangan sekali-kali menyimpan cairan flammable di dalam kulkas biasa.
d. Jauhkan bahan flammable dari oksidator.
e. Hindari penyimpanan cairan flammable dari panas, sengatan matahari langsung, sumber nyala atau api.
Bahan kimia padatan yang cepat terbakar karena gesekan, panas, ataupun reaktif terhadap air dan spontan terbakar dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium karbida, fosfor pentaklorida, litium, dan kalium. Unsur litium (Li), kalium (K), dan natrium (Na) harus disimpan di dalam minyak tanah (kerosene) atau minyak mineral. Padatan flammable ini harus disimpan dalam cabinet flammable dan dijauhkan dari cairan flammble atau cairan combustible. Bila reaktif terhadap air, janganlah disimpan di bawah bak cuci, dsb.
5. Penyimpanan dan penataan bahan kimia oksidator
Misalnya kalium permanganat (KMnO4), feri klorida (FeCl3), natrium nitrat (NaNO3), hidrogen peroksida (H2O2). Bahan kimia oksidator harus dipisahkan dari bahan-bahan flammable dan combustible serta bahan kimia reduktor seperti seng (Zn), logam alkali (litium = Li, natrium = Na, kalium = K, rubidium = Rb) dan asam formiat (HCOOH). Jangan menyimpan pada wadah/tempat yang terbuat dari kayu juga jangan berdekatan dengan bahan lain yang mudah terbakar. Simpan pada tempat dingin dan kering.
6.Penyimpanan dan penataan bahan kimia beracun (toxic)
Bahan kimia ini terdiri dari bahan beracun tinggi (highly toxic) dengan ciri memiliki oral rate LD50 (Lethal Dosis 50%) < 50 mg/kG, beracun (toxic) dengan oral rate LD50 50-100 mg/kG dan sebagai bahan kimia karsinogen (penyebab kanker). Tulisi wadah bahan kimia ini dengan kata “bahan beracun”. Simpan di dalam wadah yang tidak mudah pecah, dan tertutup rapat.
7. Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif cahaya
Misalnya brom dengan oksidator, arsen dengan senyawa beracun. Beberapa concoh senyawa sensitif cahaya diantaranya adalah brom (Br2), garam merkuri, kalium ferosianida, K4[Fe(CN)6], natrium iodida (NaI) dll. Agar tidak terjadi penguraian, bahan kimia ini harus terhindar dari cahaya. Simpanlah bahan sensitif cahaya ini dalam botol berwarna coklat (amber bottle). Apabila botol penyimpan bahan kimia ini harus dibungkus dengan foil (kertas perak/timah), maka tuliskan label pada bagian luar botol tersebut.
8. Penyimpanan dan penataan Gas Terkompresi (Compressed Gases)
a. Pisahkan dan tandai mana tabung gas yang berisi dan mana yang kosong.
b. Amankan bagian atas dan bawah silinder dengan menggunakan rantai dan rak logam.
c. Atur regulator ketika gas dalam silider digunakan.
d. Pasang tutup pentil ketika silinder tidak digunakan.
e. Jauhkan silinder dari sumber panas, bahan korosif bahan berasap maupun bahan mudah terbakar.
f. Pisahkan silinder yang satu dengan yang lainnya jika gas dari silinder satu dapat menimbulkan reaksi dengan gas dari silinder lain.
g. Gunakan lemari asap untuk mereaksikan gas yang diambil dari silinder.
h. Gunakan gerobak yang dilengkapi rantai ketika memindahkan silinder gas berukuran besar.
i. Jagalah sumbat katup jangan sampai lepas ketika menggeser-geserkan silinder, karena gas dalam silinder memiliki tekanan tinggi.


B. Pengadministrasian Alat dan Bahan Laboratorium

Pengadministrasian laboratorium dimaksudkan adalah suatu proses pencatatan atau inventarisasi fasilitas dan aktifitas laboratorium. Dengan pengadministrasian yang tepat semua fasilitas dan aktifitas laboratorium dapat terorganisir dengan sistematis. Sistem pengadministrasian yang baik merupakan kunci dalam meningkatkan kelancaran berbagai aspek pengelolaan laboratorium. Misalnya dalam merencanakan pengadaan alat dan bahan, mengendalikan efisiensi penggunaan budget, memperlancar pelaksanaan praktikum, penyusunan laporan yang objektif, maupun dalam mengawasi dan melindungi kekayaan laboratorium. Mengingat laboratorium merupakan investasi sektor pendidikan yang relatif mahal, sudah sewajarnya sistem pengadministrasiannya harus dikelola dengan penuh tanggung jawab.
Tugas pengadministrasian adalah merekam/menginventarisir komponen-komponen laboratorium tersebut. Adapun alat/instrumen yang digunakan untuk merekam komponen laboratorium tersebut dalam Buku ini dinamakan format administrasi laboratorium.

Laboratorium sains di persekolahan, tentu akan memiliki kelengkapan yang berbeda apabila dibandingkan dengan laboratorium di industri ataupun lembaga penelitian. Perbedaan tersebut sangat rasional karena ketiga lembaga tersebut mempunyai misi yang berbeda. Namun apabila ditinjau dari sudut pengadministrasian ketiganya memiliki komponen yang mirip yaitu adanya :1) Bangunan/Ruangan laboratorium, 2) Fasilitas umum laboratorium, 3) Peralatan dan bahan, 4) Ketenagaan laboratorium, 5) Kegiatan laboratorium

1.Pengadministrasian Ruangan Laboratorium
Ruangan-ruangan laboratorium yang hendaknya diadministrasikan di antaranya adalah :Ruangan praktikum, Ruangan persiapan , Ruangan alat / gudang alat, Ruangan zat / gudang zat , Ruangan timbang, Ruangan instrumen , Ruangan komputasi, Ruangan staf (pengelola lab), Ruangan bengkel mekanik / logam, Ruangan pengerjaan gelas, dan lain-lain. ( diisi dalam format A )

2. Pengadministrasian fasilitas umum laboratorium
Fasilitas umum laboratoium dimaksudkan adalah barang-barang yang merupakan perlengkapan laboratorium. Barang-barang yang termasuk ke dalam kategori ini adalah :
Meja tulis • Meja demonstrasi
• Lemari alat/bahan • Instalasi air
• Saklar listrik • Barometer
• Bak cuci • Meja tik/komputer
• Meja praktikum • OHP
• Tangki gas • Instalasi gas
• Perlengkapan P3K • Alat penangkal kebakaran
• Instalasi listrik • Blower
• Telpon/alat komunikasi lainnya • Kran air/gas
• Lemari asap • Jam dinding
• Termometer ruangan • Lemari es
• Papan tulis • Perkakas bengkel
• Barometer ruangan • Penuntun Praktikum
• Papan pengumuman • Rak alat/zat
• Kursi/bangku • Hand book
• Lampu


4. Pengadministrasian alat laboratorium
Alat laboratorium dimaksudkan adalah alat-alat yang digunakan untuk pelaksanaan praktikum atau penelitian kimia. Alat laboratorium dikelompokkan sesuai dengan bahasan penataan alat. Untuk praktisnya alat-alat dikelompokkan ke dalam :
Alat gelas : Gelas ukur, Labu Erlenmeyer, Termometer, dll.
Alat listrik : Ampermeter, Power supply, Voltmeter, dll.
Alat logam : Kaki tiga, Penjepit/klem tiga jari, Statif, dll.
Instrumen : Colorimeter, pH meter, Spektrofotometer UV, dll.
Untuk mengadministrasikan peralatan lab digunakan Format C1 (Kartu Alat), C2 (Daftar Alat), C3 (Daftar Penerimaan/Pengeluaran Alat), C4 (Daftar Usulan perbaikan/pengadaan alat), C5 (Daftar usulan alat dari mata praktikum), dan C6 (Daftar usulan alat dari tiap laboratorium).

5. Pengadministrasian Zat di laboratorium
Dalam sistem penataan zat yang telah dikemukan sebelumnya, zat-zat kimia yang ada di laboratorium untuk keperluan praktikum atau penelitian dikelompokkan ke dalam :
Zat radioaktif (di SMA zat ini sudah tidak diperbolehkan)
• Isotop karbon-13, 6C13
• Isotop natrium-24, 11Na24 dalam bentuk NaCl(aq)
• Isotop fosfor-32, 15P32 dalam bentuk H3PO4
• Isotop belerang-35, 16S35 dalam bentuk H2SO4
• Isotop besi-59, 26Fe59 dengan bentuk FeCl3 dalam HCl
• Isotop kobal-60, 27Co60 dengan bentuk CoCl2 dalam HCl
• Isotop tembaga-65, 29Cu65 dalam bentuk CuSO4(aq)
• Isotop radium-226, 88Ra226
• Isotop uranium-238, 92U238, dll.
Zat reaktif :
Zat piroforik : Fospor, P4, Tributil aluminium, (C4H9)3Al, Silan, SiH4 , dll.
Zat eksplosif :
• Asam pikrat, C6H2(OH)(NO2)3,
• Trinitrotoluen, TNT, C6H2(CH3)(NO2)3
• Hidrazin, N2H4 , dll.
Zat pembentuk peroksida : Kalium, K, Dietil eter, (C2H5OC2H5 ), Butadiena, (CH2=CH-CH=CH2 ), Kloroetilen, (C2H3Cl, ) dll.
Zat reaktif air : Natrium (Na), Kalsium hipoklorit, Ca(OCl)2, Natrium hidrida, NaH, dll.
Zat korosif :
Asam mineral : Asam klorida, HCl, Asam fosfat, H3PO4, Asam sulfat encer, H2SO4, dll.
Asam mineral oksidator : Asam florida, HF, Asam nitrat, HNO3, Asam sulfat pekat, H2SO4, Asam kromat, H2CrO4, dll
Asam organic : Asam asetat, CH3COOH, Asam formiat, HCOOH, Asam benzoat, C6H5COOH, dll.
Basa : Amonium hidroksida, NH4OH, Natrium hidroksida, NaOH, Kalium hidroksida, KOH, dll.
Zat flammable dan combustible : Asetaldehid,( CH3COH), Aseton, (CH3COCH3), Heksana, C6H14, Toluen, C6H5CH3, Ksilena, C6H4(CH3)2, Etanol, C2H5OH, dll.
Oksidator : Kalium permanganat, KMnO4, Hidrogen peroksida, H2O2, Feri klorida, FeCl3, Natrium nitrat, NaNO3, dll
Zat beracun (toxic) : Kloroform, CHCl3, Karbontetraklorida, CCl4, Benzen, C6H6, 2-Butanol, C4H9OH, Timbal kromat, PbCrO4, dll.
Zat sensitif cahaya : Merkuri klorida, HgCl2, Natrium iodida, NaI, Kalium ferosianida, K4[Fe(CN)6], Brom, Br2, dll
Gas terkompresi : Gas asetilen, C2H2, Gas nitrogen, N2, Gas oksigen, O2, dll.

Dalam mengadministrasikan Zat (chemicals) adalah menggunakan format D1 (Kartu Zat), D2 (Daftar Zat), D3 (Daftar Penerimaan/Pengeluaran Zat), D4 (Daftar Pengadaan Zat), D5 (Daftar usulan zat dari mata praktikum), dan D6 (Daftar usulan zat dari tiap laboratorium).

5. Pengadministrasian Ketenagaan di laboratorium
Ketenagaan yang terlibat dalam pengelolaan laboratorium terdiri dari :Kepala pengelola laboratorium, Penanggungjawab praktikum, Asisten penanggungjawab praktikum, Teknisi (jika ada), dan Laboran .
Pengadministrasian ketenagaan laboratorium digunakan format E yang memuat informasi tentang jenis ketenagaan, jumlah, kualifikasi pendidikan, dan rincian tugas (job description). Bentuk format E

6. Pengadministrasian kegiatan laboratorium
Kinerja suatu lembaga biasanya ditentukan oleh frekuensi dan kualitas kegiatan yang dilakukannya. Kinerja lembaga yang baik tentu sangat ditentukan oleh seberapa jauh personel yang ada di dalamnya memfungsikan semaksimal mungkin prasarana dan sarana yang ada.
Untuk mengadministrasikan kegiatan laboratorium digunakan Format F yang memuat informasi tentang waktu kegiatan, mata kegiatan/ mata pelaajran praktikum, judul kegiatan/praktikum, pembimbing kegiatan/praktikum, jenis praktikan dan jumlahnya. Data ini sangat diperlukan untuk melihat efisiensi dan efektifitas penggunaan laboratorium. Bentuk Format F


KESIMPULAN
Pada dasarnya penataan dan inventarisasi alat dan bahan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja.
Penataan alat dan bahan adalah proses pengaturan alat dan bahan agar tertata dengan baik. Dalam menata alat dan bahan tersebut berkaitan erat dengan keteraturan dalam penyimpanan maupun keindahan dalam pemeliharaan.
Beberapa hal yang harus diketahui sebelum melakukan penataan, yaitu : mengenali alat dan fungsinya, menegenali sifat bahan, mengenali kualitas alat termasuk kecanggihan dan ketelitian, keperangkatan, nilai atau harga alat, bahan dasar penyusun alat, bentuk dan ukuran alat serta bobot atau berat alat tersebut.
Pengadministrasian laboratorium dimaksudkan adalah suatu proses pencatatan atau inventarisasi fasilitas dan aktifitas laboratorium. Dengan pengadministrasian yang tepat semua fasilitas dan aktifitas laboratorium dapat terorganisir dengan sistematis.

Daftar Pustaka

Imam Sjahputra, Amin Widjaja, Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan Baru Di Indonesia (Jakarta, 2004) hal. 120 – 130.
Julia Onggi, Materi Soisalisai Analis/Laboran, Kimia FMIPA-ITB, 2009.
Milos Nedved, Soemanto Imamkhasani, Fundamentals Chemical Safety And Major Hazard Control (Jakarta, 1991)
Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan (Jakarta, 1995) .
Rosskam F., Chamicals In The Workplace (Geneva, 1996) .
Safety Department, Buku Panduan Safety (Banten, 2003) .
Soesanto Ismadi, et al., Hukum Ketenagakerjaan (Jakarta, 1992)

Contoh Extended Abstrak

INOVASI MEDIA DAN METODE PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK PENGAJARAN LAJU REAKSI DI SMA KABUPATEN SAMOSIR
Sitti Darna , Artikel Eva G.W Siallagan
Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri Medan, Jl. Wiilem Iskandar Psr. V. Medan, Sumatera Utara, 20221; E-mail : sitidarna@yahoo.co.id
Pembelajaran yang inovatif dapat memberikan hasil belajar yang lebih baik, meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran menuju pembaharuan yang berasal dari pemikiran kreatif, temuan dan modifikasi yang memuat ide dan metode yang digunakan untuk mengatasi suatu permasalahan pendidikan. Salah satu inovasi dalam pengajaran kimia untuk pengajaran Laju reaksi ialah penggunaan gambar-gambar yang bergerak (animasi) dalam pendiskripsian konsep laju reaksi, selain mengkronkitkan yang abstrak juga dapat menambah minat dan perhatian siswa sepanjang proses belajar mengajar. Berdasarkan hal tersebut maka diadakan suatu penelitian yang diharapkan dapat mengetahui perbedaan hasil belajar kimia siswa untuk pokok bahasan laju reaksi antara siswa yang dibelajarkan dengan media komputer dan siswa yang diajar dengan gabungan media komputer dengan demonstrasi, serta siswa yang diajar dengan metode praktikum. Selanjutnya dengan inovasi dalam pengajaran kimia tersebut juga diharapkan dapat mengetahui perbedaan motivasi belajar siswa yang diajar dengan media komputer, siswa yang diajar dengan gabungan media komputer dan demonstrasi, serta siswa yang diajar dengan metode praktikum.
Populasi penelitian ini ialah SMAN 1 Pangururan, SMAN 2 Pangururan dan SMAN 1 Simanindo Kabupaten Samosir di kelas XI IPA dan sampel diambil secara proporsional sebanyak 3 kelas berjumlah 90 orang siswa setiap sekolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes hasil belajar serta angket motivasi belajar kimia yang divalidkan. Adapun teknik analisa data yang dilakukan adalah dengan uji ANOVA satu jalur dengan desain faktorial 3x1. Uji lanjut digunakan Uji Tuckey yang terlebih dahulu menganalisis uji persyaratan, berupa uji normalitas dan uji homogenitas. Reliabilitas tes hasil belajar (K-R-20) = 0,73 ternyata lebih besar dari rtabel = 0,29,tes yang diujicoba reliabel dengan kategori tinggi.
Hasil pengujian hipotesa menunjukkan bahwa : (1) terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan media komputer, gabungan antara media komputer dengan metode demonstrasi, serta metode praktikum yang ditunjukkan dari nilai signifikan p (sig) = 0,031 (harga p < 0,05) dengan lebih lanjut dengan uji tukey diperoleh hasil bahwa inovasi pembelajaran dengan menggunakan gabungan antara media komputer dengan metode demonstrasi adalah inovasi pembelajaran paling baik dilakukan, ditunjukkan dari nilai uji tukey masing-masing sekolah (SMAN 1 Simanindo = 0,6690, SMAN 2 Pangururan = 0,6596 serta SMAN 1 Pangururan = 0,6661) dimana nilai-nilai ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan uji tukey inovasi pembelajaran dengan media komputer maupun dengan metode praktikum.(2) Terdapat perbedaan motivasi belajar kimia siswa dengan inovasi pembelajaran yang dilakukan pada masing-masing unit sekolah (SMAN 1 Simanindo dengan nilai signifikan p ( sig(2-tailed) = 0,023 dan berdasarkan uji lebuh lanjut diperoleh bahwa siswa yang diajar dengan metode praktikum memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi = 65, SMAN 2 Pangururan dengan nilai signifikan p (sig(2-tailed) = 0,025 dan berdasarkan uji lebih lanjut diperoleh bahwa siswa yang diajar dengan gabungan antara media komputer dengan demonstrasi memiliki motivasi yang lebuh tinggi = 44,83, SMAN 1 Pangururan ditunjukkan dengan nilai signifikan p (sig(2-tailed) = 0,030 dan berdasarkan uji lebuh lanjut diperoleh bahwa siswa yang diajar dengan gabungan antara media komputer dengan demonstrasi sederhana memiliki motivasi yang lebih tinggi = 40,66.